Badai Matahari

Badai matahari terjadi ketika ada pelepasan seketika energi magnetik yang terbentuk di atmosfer matahari. Total energi yang dilepaskan setara dengan jutaan bom hidrogen berukuran 100 megaton.

Bumi

Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet yang ada dalam tata surya. Berjarak 149,6 juta kilometer dari matahari, dan hanya memiliki 1 satelit alami, yaitu Bulan.

Milky Way

Disebut juga sebagai Galaksi Bimasakti. Salah satu galaksi spiral yang ada di alam semesta. Terdiri dari 8 planet di dalamnya, yaitu: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

Awan di Bumi

Ini adalah kenampakan awan yang terlihat dari bumi. Awan-awan indah seperti ini dapat dilihat di daerah sekitar Amerika.

Fur Fox Nebula

Nebula ini terletak di konstelasi Monoceros (Unicorn) dan termasuk dalam wilayah NGC 2264. Umumnya dikenal sebagai Cluster Pohon Natal.

Kamis, 28 Februari 2013

Mars Mungkin Sudah Bisa Dihuni Saat Ini


Planet Mars saat ini memungkinkan untuk dihuni. Pernyataan itu diungkapkan para peneliti bidang astrobiologi yang menghadiri konferensi The Present-Day Habitability of Mars yang diprakarsai oleh NASA Astrobiology Institute bersama UK Centre for Astrobology pada 4 -5 Februari lalu di University of California Los Angeles.

Pada konferensi ini, dipresentasikan berbagai hasil penelitian yang berkaitan dengan kemungkinan menempati Planet Mars sebagai habitat baru. Berbagai bukti dan fakta hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi Planet Mars saat ini memungkinkan untuk ditinggali.

"Kita tidak mungkin dapat mengabaikan kemungkinan bahwa saat ini Mars memungkinkan untuk ditempati," ujar Alfred McEwen dari University of Arizona, yang juga investigator kepala untuk kamera HiRise pada wahana Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA seperti dikutip Space.com, Senin (25/2/2013).

McEwen menyebutkan, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan HiRise, ada 16 lokasi lereng yang teridentifikasi mengalirkan brine water (air yang mengandung garam) di kompleks ngarai Valles Marineris di planet merah itu.

Teknisi Caltech, Edwin Kite, menambahkan adanya kemungkinan terjadinya proses deliquescence yang ikut "bertanggung jawab" pada munculnya cairan di permukaan Mars. Proses deluquescene yang dimaksud adalah proses ketika uap air yang ada di atmosfer dikumpulkan oleh senyawa tertentu yang ada di daratan, yang mengubah uap air itu menjadi cairan.

Namun, temuan McEwen ini masih perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui apakah air garam yang ditemukan bisa ditempati oleh mikroba, baik mikroba yang berasal dari Mars maupun Bumi.

Fakta lain yang mendukung adalah adalah jenis-jenis mikroba yang mampu hidup pada lingkungan ekstrem yang menyerupai kondisi di Mars. Adalah Chris McKay dari Ames Research Center NASA di Moffett Field, California, yang memberikan contoh yang mendukung hal tersebut.

Ia mencontohkan keberadaan mikroba yang hidup di Gurun Atacama, Amerika Selatan, dan lereng kering di Antartika, yang mampu hidup pada kondisi ekstrem dingin dan kering. Mikroorganisme di kedua tempat tersebut mengembangkan mekanisme tertentu untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

Organisme yang hidup di lereng kering di Antartika beradaptasi dengan menggali ke dalam batuan, tidak terlalu dalam, tetapi cukup untuk melindunginya dari sinar UV dan tetap memungkinkan untuk melakukan fotosintesis.

McKay juga mendukung fenomena delisquence. Ia menemukan fenomena yang sama terjadi di Gurun Atacama. Di gurun tersebut, garam-garam yang ada di permukaan tanah mengumpulkan uap air sampai terbentuk aliran air yang cukup untuk menyokong kehidupan di gurun tersebut. Karenanya, ia menyarankan pada teknisi yang bekerja di proyek Mars rover Curiosity NASA agar memberikan perhatian khusus pada garam yang mungkin ditemukan dalam penjelajahannya.

Alasan lain yang mendukung kemungkinan Mars dapat ditinggali adalah adanya sumber energi alternatif yang bisa dimanfaatkan. Sumber energi alternatif yang dimaksud adalah senyawa perklorat.

Careol Stoker, pakar dari NASA Ames, mengatakan, perklorat dapat digunakan sebagai sumber energi potensial untuk mikroba kemoautotrof. Ia menekankan bahwa senyawa kimia itu bisa digunakan sebagai sumber energi untuk kelanjutan hidup mikroba yang hidup di bawah permukaan Mars yang gelap saat fotosintesis tidak mungkin dilakukan. Kemoautrotof adalah kelompok mikroba yang menggunakan senyawa kimia untuk menyusun makanannya.

Stoker menambahkan, beberapa jenis mikroba di Bumi juga menggunakan perklorat sebagai makanan mereka.

sumber : sains.kompas.com

Senin, 25 Februari 2013

Mars Aslinya Berwarna Abu-Abu


Selama ini manusia sering kali beranggapan warna Mars adalah merah karena tampak merah dilihat dari Bumi. Namun, anggapan itu ternyata tak sepenuhnya benar.

Warna merah Mars ternyata hanya sebatas permukaan saja. Fakta ini terungkap dari hasil pengeboran batuan Mars yang dilakukan oleh robot penjelajah Mars milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Curiosity.

Serbuk batu hasil pengeboran batuan dasar Mars yang dilakukan Curiosity mengungkapkan warna planet tersebut di bawah permukaan adalah abu-abu. 

"Kami mulai melihat adanya warna baru dari Mars saat ini. Hal ini menarik perhatian kami," ujar Joel Hurowitz, peneliti sistem sampling Curiosity di Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA di Pasadena, California, kepada Space.com, Rabu (20/2/2013).

Peneliti berpendapat, warna merah diakibatkan oleh kandungan besi pada debu Mars yang mengalami oksidasi atau perkaratan.

Pengeboran memungkinkan ilmuwan mendapatkan debu dengan kandungan besi yang belum mengalami oksidasi. Penyimpanan dalam wadah yang terpasang di wahana antariksa Curiosity mencegah proses oksidasi tersebut.

Sebagaimana diketahui, Curiosity berhasil mengebor batu bernama John Klein untuk kali pertama, pada 8 Februari 2013 lalu. 

Pengeboran hingga kedalaman 6,4 cm dibuktikan dengan citra yang dirilis NASA pada Rabu lalu. Analisis serbuk batu nantinya diharapkan dapat menguak kandungan debu Mars serta misteri lingkungan basah Mars pada masa lalu.

sumber : sains.kompas.com

Jumat, 22 Februari 2013

Merkurius Mini Pecahkan Rekor Planet Terkecil

Astronom menemukan sekitar 800 planet mini di jarak yang jauh dari Tata Surya. Salah satu planet menjadi planet yang terkecil, dengan ukuran cuma sebesar Bulan. 


Planet terkecil tersebut diberi nama Kepler 37b. Planet tersebut mengelilingi bintang serupa Matahari, terletak di konstelasi Lyra, sekitar 10 triliun kilometer dari Bumi.

"Kami melihat planet raksasa sangat tak biasa. Planet seukuran Bumi lebih umum, jadi prediksi kami, planet kecil juga umum," ungkap Thomas Barclay, astronom yang terlibat proyek riset ini.

Ukuran planet Kepler-37b ini hanya sedikit lebih besar dari pada Bulan yang mengitari Bumi. Namun, planet tersebut memiliki dua planet kembaran lain, Kepler -37c dan Kepler 37d.

Kepler -37b berjarak 10 kali lebih dekat dari bintangnya dibandingkan dengan Bumi dengan Matahari. Jadi, suhu planet ini sangat panas, mencapai 427 derajat Celsius.

"Planet yang satu ini jauh dari zona layak huni," ungkap Eric Ford, astronom University of Florida, seperti dikutip Reuters, Rabu (20/2/2013).

Pada sistem tata surya kita, Merkurius adalah planet terdekat dengan Matahari. Astronom mengibaratkan Kepler 37b seperti Merkurius mini.

Rekan Kepler -37b, Kepler-37c, berukuran lebih kecil dari Venus dan mengitari bintang induknya selama 21 hari. Sementara Kepler-37d ukurannya dua kali lipat Bumi, berevolusi tiap 40 hari. 

Penemuan-penemuan planet kecil adalah kemajuan dalam astronomi. Sebelumnya, astronom cuma dapat mendeteksi planet raksasa. 

"Ketika kami pertama kali menemukan eksoplanet, semuanya berukuran jauh lebih besar dari apa yang ada di sistem Tata Surya ini. Kami tak tahu ada planet berukuran lebih kecil," kata Barclay.

"Penemuan ini adalah kali pertama kami dapat menemukan planet dalam rentang terkecil, lebih kecil dari apapun yang ada di sistem tata surya kita," tambahnya.

Planet-planet ini ditemukan dengan metode transit, melihat kedipan cahaya bintang ketika ada planet lewat di mukanya. Makin seikit peredupannya, maka makin kecil planetnya.

Mengintai dan Menangkis Asteroid



Jatuhnya meteorit atau tertabraknya Bumi oleh asteroid dan komet adalah sebuah keniscayaan. Tapi, kapan hal itu terjadi, tak banyak diketahui manusia. Sejumlah cara dikembangkan para ahli untuk memantau gerak batuan antariksa di sekitar Bumi, juga teknik menangkal saat akan mendekati Bumi. 

Musnahnya dinosaurus 65 juta tahun lalu atau terbakarnya hutan seluas Jakarta di Tunguska, Siberia, Rusia, tahun 1908 adalah bukti keganasan batuan antariksa saat menghantam Bumi. Seiring bertambahnya jumlah manusia dan masifnya pertumbuhan kota, ancaman jatuhnya benda-benda langit kian nyata.

”Jatuhnya meteor di Chelyabinsk, Rusia, Jumat (15/2/2013), dan melintasnya asteroid 2012 DA14, Sabtu (16/2/2013), mengingatkan manusia bahwa ribuan obyek seperti itu melintasi di dekat Bumi tiap hari,” kata Ray Williamson, penasihat senior Yayasan Dunia Aman (Secure World Foundation) di sela pertemuan Komite Badan PBB untuk Pemanfaatan Damai Antariksa (Copuos) di Vienna, Austria, seperti dikutip space.com, Minggu (17/2/2013).

Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) melalui program Widefield Infrared Survey Explorer pada 2011 memperkirakan ada 19.500 asteroid berukuran menengah di dekat Bumi. Asteroid itu berdiameter antara 100 meter dan 1.000 meter.

Sekitar 90 persen asteroid berukuran lebih dari 1.000 meter sudah ditemukan. Adapun yang berdiameter puluhan meter, seperti asteroid 2012 DA14 dan yang jatuh di Tunguska, baru 2 persen yang diketahui. Asteroid berdiameter kurang dari 100 meter diperkirakan berjumlah lebih dari 1 juta buah.

”Makin kecil ukurannya, makin banyak jumlahnya, makin sedikit yang sudah diketahui,” ujar Profesor Riset Astronomi Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin.

Masih rendahnya pengetahuan manusia tentang asteroid membuat sejumlah program dan wahana antariksa untuk memantau terus dibuat. Salah satunya adalah teleskop antariksa Sentinel yang dikembangkan lembaga swasta yang dikelola sejumlah mantan antariksawan, Yayasan B612.

Rencana pembuatan teleskop inframerah ini diumumkan 28 Juni 2012. Misi utamanya adalah menemukan 90 persen asteroid berukuran lebih dari 140 meter. Teleskop ini seharusnya juga mampu mendeteksi asteroid lebih kecil dalam misinya selama 6,5 tahun.

Ada pula OSIRIS-REx, wahana yang akan diluncurkan tahun 2016. Wahana ini akan mencegat asteroid RQ36 pada 2020 untuk mengambil sampel batuannya dan mempelajari lebih detail karakter orbitnya. Asteroid ini diperkirakan menabrak Bumi 170 tahun mendatang.

Menendang asteroid

Sesudah mendeteksi keberadaan asteroid, langkah selanjutnya adalah menangkis asteroid yang berpotensi membahayakan Bumi. Para ahli sepakat, langkah terbaik menghindarkan Bumi ditabrak asteroid adalah membelokkan lintasan asteroid.

Teknik membelokkan lintasan asteroid beragam. Sejumlah kemungkinan dikaji mengingat obyek yang disasar adalah batuan yang bergerak cepat mengelilingi Matahari dan berotasi.

Asisten Profesor Fisika dan Astronomi di Universitas Anderson, Indiana, AS, John P Millis dalam tulisan di situs space.about.com menyatakan, teknik sederhana yang diusulkan antara lain mengebom asteroid itu dengan nuklir dari Bumi. Ledakan yang ditimbulkan akan menggeser asteroid dari lintasannya.

Robert Lamb, penulis sains di howstuffworks.com menyatakan, pengeboman bukan untuk menghancurkan asteroid, melainkan mengurai sebagian badan asteroid. Berat yang makin ringan akan mengubah jalur asteroid.

Sebagian ahli menilai, pengeboman adalah berlebihan karena batuan asteroid yang keluar bisa menjadi peluru kosmis yang membahayakan kehidupan sekitar Bumi. ”Minimal, bisa membahayakan satelit geostasioner,” kata dosen Dinamika Benda Kecil dalam Tata Surya, Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung, Budi Dermawan.

Cara lain pun dikembangkan, yaitu mengirim pencegat kinetik (kinetic interceptor). Metode ini mirip permainan bola boling yang menjatuhkan pin hanya dengan sedikit sentuhan. Saat asteroid ditumbuk dengan peralatan berkecepatan 1,6 kilometer per jam, maka asteroid akan bergeser sejauh 273.500 km dari jalur normalnya jika dilakukan 20 tahun sebelumnya.

Lamb menambahkan, ide pembelokan orbit asteroid terkadang seperti bermain-main. Beberapa di antaranya dengan mengecat asteroid dengan warna putih atau memasang layar raksasa di asteroid.

Pantulan sinar warna putih dapat dimanfaatkan sebagai pendorong asteroid. Adapun layar yang dipasang dengan memanfaatkan angin Matahari juga berfungsi sebagai pendorong asteroid menjauhi jalurnya.

Ada pula yang mengusulkan menjerat asteroid dengan serat karbon pada bagian tertentu. Cara lain adalah menempatkan sejumlah roket pada beberapa bagian asteroid untuk mengubah lintasan geraknya.

Namun, banyak ahli pesimistis dengan cara-cara pembelokan orbit asteroid dengan memasang sesuatu pada asteroid. Ini karena implementasi berbagai cara itu tidak semudah dan sesederhana idenya.

”Persoalan ini harus diatasi dengan cara yang logis dan rasional,” kata Philip M Lubin, ahli fisika dari Universitas California, Santa Barbara, AS.

Konversi sinar Matahari

Lubin dan rekan-rekan mengembangkan sistem Directed Energy Solar Targeting of Asteroids and Exploration (DE-STAR). Teknik ini dilakukan dengan menangkap sinar Matahari dan mengonversi menjadi sinar laser pada sebuah panel besar. Sinar ini akan membelokkan jalur asteroid atau menguapkan sebagian badan asteroid.

Elemen dasar yang dibutuhkan untuk mewujudkan wahana ini tersedia cukup banyak. Namun, kesulitannya adalah meningkatkan kapasitas elemen- elemen yang digunakan hingga mampu mengganggu orbit asteroid yang ukurannya cukup besar.

Pengembangan sistem ini pun tak murah. Karena itu, kerja sama antarahli dan badan antariksa global diperlukan untuk menyelamatkan manusia dari ancaman kepunahan.


Merkurius Pernah Jadi Surga Lautan Magma


Data sains dari wahana NASA yang mengorbit planet Merkurius, MESSENGER (MErcury Surface, Space ENvironment, GEochemistry, and Ranging), memberi petunjuk bahwa planet ini pernah memiliki lautan magma.

Kesimpulan ini didapat setelah para peneliti menganalisa data fluoresensi X-Ray dari wahana tersebut. Mereka mengindentifikasi adanya dua komposisi batu yang berbeda di permukaan planet. Muncul pertanyaan, proses geologi apa yang terjadi sehingga menghasilkan permukaan yang berbeda?

Untuk menjawabnya, tim dari MIT (Massachusetts Institute of Technology) mencipta ulang dua tipe batu tersebut di laboratorium. Masing-masing batu kemudian dipaparkan dengan temperatur dan tekanan tinggi untuk menstimulasi proses geologi yang beragam. Dari hasil percobaan, para peneliti menyadari hanya ada satu fenomena untuk menghasilkan dua komposisi tersebut dalam lautan magma.

Lautan magma yang luas menciptakan dua lapisan kristal, dipadatkan, yang akhirnya menghasilkan letusan magma di permukaan Merkurius. Hebatnya, menurut Timothy Grove sebagai profesor geologi di MIT, kondisi ini tidak terjadi kemarin.

"Lapisan ini mungkin berusia empat miliar tahun lalu, jadi lautan magma ini merupakan fitur purba," ujar Grove yang bersama beberapa peneliti lain mengeluarkan hasil peneliti ini dalam jurnal Earth and Planetary Science Letters.

Ditambahkan Larry Nittler, staf peneliti dari Department of Terrestrial Magnetism di Carnegie Institution of Washington, AS, hasil penelitian ini merupakan petunjuk awal dari sejarah Merkurius. Meski nantinya akan ada perubahan kesimpulan melalui penelitian-penelitian lain, studi ini akan menjadi kerangka awal pemikiran dari data yang baru.

Rabu, 20 Februari 2013

Galaksi Spiral Terbesar di Jagat Raya

Para astronom mengungkap spiral terbesar di jagat raya, sebuah galaksi spiral yang luar biasa besar, 5 kali lebih besar dari galaksi Bimasakti.


Galaksi spiral terbesar itu bernama NGC 6872. Galaksi ini terletak pada jarak 212 juta tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Pavo. Jarak antar dua lengan pada galaksi ini mencapai 522.000 tahun cahaya, sementara pada Bimasakti hanya 100.000 tahun cahaya. 

NGC 6872 sebelumnya telah dikategorikan sebagai salah satu galaksi spiral tersebut. Namun, bukti bahwa galaksi itu merupakan yang terbesar baru diperoleh setelah astronom melakukan observasi dengan Galaxy Evolution Explorer spacecraft (GALEX).

"Tanpa kemampuan GALEX mendeteksi cahaya ultraviolet dari bintang muda dan panas, kita tak bisa mengetahui keseluruhan sistem yang menarik ini," kata Rafael Eufrasio dari Goddard Space Flight Center, Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA).

Eufrasio mengumumkan hasil risetnya pada ajang American Astronomy Society ke 221 di Amerika Serikat, Kamis (10/1/2013). 

Simulasi komputer menunjukkan, NGC 6872 memiliki ukuran dan bentuk luar biasa karena interaksinya dengan galaksi tetangga, IC 4970. Galaksi itu hanya punya 20 persen massa NGC 6872. Sekitar 130 juta tahun lalu, dua galaksi berada pada posisi terdekat, mempengaruhi aktifitas NGC 6872.

Hasil riset seperti diberitakan Space, Kamis (10/1/2013), juga mengungkap bahwa bar di spiral NGC 6782 memiliki radius yang besar, mencapai 26.000 tahun cahaya. Sejauh ini, tak ada aktifitas pembentukan bintang di wilayah itu. Artinya, struktur itu terbentuk miliaran tahun lalu.

Planet "Zombie" Berevolusi Tiap 2.000 Tahun

Astronom mengonfirmasi eksistensi planet Fomalhaut b, planet yang terletak 25 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Piscis Austrinus. 


Fomalhaut b disebut planet "zombie" karena pernah mati dan kemudian bangkit dalam pengetahuan. Planet ini kali pertama terdeteksi lewat citra Hubble pada tahun 2004 dan 2006. Tahun 2010, adanya planet ini tak berhasil dibuktikan. Akhirnya, planet ini dinyatakan "mati".

Namun, observasi pada tahun 2012 membuktikan adanya benda yang bergerak mengelilingi bintang Fomalhaut. Astronom kemudian mengonfirmasi bahwa adanya planet yang kemudian dinamai Fomalhaut b. Jadilah, planet ini bangkit kembali dalam dunia pengetahuan.

Diberitakan Space, Rabu (9/1/2013), Fomalhaut b unik karena orbitnya yang lebar dan periode revolusinya yang luar biasa lamanya, 2.000 tahun.

Fomalhaut b mengorbit secara tidak lazim. Menurut astronom, hal ini bisa dipengaruhi oleh adanya planet lain yang kini belum diketahui. Keberadaan planet itulah yang mungkin melemparkan Fomalhaut b ke orbitnya sekarang.

Observasi menunjukkan, kabut debu di sekitar bintang Fomalhaut merentang 22,5-32,1 miliar km keluar. Fomalhaut b mengorbit bintangnya dengan menembus kabut itu. Jarak terdekat Fomalhaut b dengan bintangnya 4,6 miliar km, sementara yang terjauh 27 miliar km. 

Konfirmasi adanya Fomalhaut b diungkapkan oleh astronom dari University of California, Berkeley, Paul Kalas, dalam pertemuan ke-221 American Astronomical Society, Selasa (8/1/2013).

Meski demikian, beberapa astronom belum sependapat jika Fomalhaut b dinyatakan sebagai planet. Tim pimpinan Raphael Galicher dari Dominion Astrophysical Observatory di Victoria, Kanada, misalnya, menyatakan bahwa obyek itu mungkin saja hasil tumbukan.

Apa pun Fomahault b, astronom punya kesempatan untuk mengidentifikasinya, walau masih 20 tahun lagi. Seperti diberitakan Science, Kamis (10/1/2013), tahun 2032, Fomalhaut akan mencapai titik terdekat dengan bintangnya. Tahun itu adalah tahun pembuktian.

Bukit Pasir Mempermuda Kawah di Titan

Bulan terbesar di planet Saturnus, Titan, mengalami proses "muda" kembali setelah sebagian besar kawahnya tertutup bukit pasir. Menurut pemantauan yang dilakukan wahana milik NASA, Cassini, pasir hidrokarbon di permukaan Titan, perlahan tapi pasti, menutup kawah.


Mayoritas dari satelit milik Saturnus memiliki ribuan kawah. Sedangkan dari 50 persen permukaan Titan yang diobservasi, hanya ditemui 60 kawah. Ini membuat para pakar sulit memperkirakan berapa tepatnya usia Titan. Karena kawah yang lebih banyak, artinya makin tua pula sebuah planet atau satelit.

"Sangat mungkin masih banyak kawah di permukaan Titan. Tapi mereka tidak terlihat dari luar angkasa karena terkikis," kata Catherine Neish, anggota tim radar Cassini, Kamis (17/1/2013).

Neish dan kolega biasanya memperkirakan usia sebuah planet dengan menghitung jumlah kawah di atas permukaannya. "Tapi proses seperti erosi atau bukit pasir yang mengisinya (kawah), sangat mungkin jika permukaannya jauh lebih tua dari yang terlihat," tambah Neish yang juga menulis makalah soal ini dalam jurnal Icarus pada 3 Desember 2012.

Titan adalah satu-satunya bulan dalam sistem tata surya manusia dengan atmosfer tipis. Satu-satunya pula benda langit selain Bumi yang diketahui memiliki danau dan laut di permukaannya.

Meski demikian, Titan memiliki suhu ekstrem bagi manusia. Di mana suhu permukaannya mencapai minus 178 Celcius. Hujan yang turun di Titan pun bukanlah air, melainkan metana dan etana cair, senyawa yang biasanya menjadi gas di Bumi.

Neish dan timnya menyimpulkan penemuan ini setelah membandingkan kawah di permukaan Titan dengan salah satu bulan milik Jupiter, Ganymede. Bulan terakhir disebut hampir mirip Titan dan memiliki kerak es.

Dengan demikian, kawah di kedua permukaannya harusnya memiliki bentuk sama. Perbedaannya, Ganymede nyaris tidak memiliki atmosfer, angin, atau hujan untuk mengikis permukaannya.

Selasa, 19 Februari 2013

"Amazon" di Mars Terungkap

Wahana Mars Express milik European Space Agency (ESA) menangkap citra sungai di Mars, tepatnya wilayah yang disebut lembah Reull Vallis. Sungai itu membelah dataran Promethei Terra Highlands sebelum akhirnya mengalir ke cekungan Hellas.


Sungai tersebut memiliki banyak anak sungai. Citra ESA yang kini juga dirilis dalam format 3D menunjukkan setidaknya satu anak sungai. Dalam citra ESA, ditunjukkan pula bahwa sungai itu ada di sebelah gunung yang menjulang setinggi 2.500 meter dan kawah tumbukan yang besar.

Seperti diberitakan Red Orbit, Jumat (18/1/2013) lalu, ESA menyatakan bahwa sungai itu memiliki panjang hingga 1.500 km. Di wilayah Reull Vallis, struktur serupa sungai itu sudah memiliki lebar 6,4 km dan kedalaman 300 meter. Sungai itu besar bagai Amazon di Bumi.

Menurut ESA, struktur sungai itu terbentuk oleh adanya aliran air. Waktu pembentukannya adalah pada periode Hesperian, sekitar 1,8-3,5 juta tahun lalu. Dipercaya, saat itu Mars lebih basah dari saat ini sehingga memiliki es maupun air.

Bagi ilmuwan ESA, struktur sungai dan lingkungan sekitarnya memiliki kemiripan dengan wilayah Bumi yang mengalami periode glasial. Pemahaman tentang pembentukan sungai serta kondisi yang telah dilaluinya membantu ilmuwan menguak evolusi Planet Mars.


7 Asteroid Teraneh di Tata Surya



Pada awal Februari 2013 ini, masyarakat Bumi menjadikan asteroid sebagai pembicaraan hangat. Ini karena makin mendekatnya asteroid 2012 DA14 yang diprediksi mendekati planet kita pada 15 Februari 2013.

Asteroid dengan lebar sekitar 45 meter ini akan mencapai kedekatan hingga 27.700 kilometer dari Bumi. Menjadikannya sebagai jarak asteroid terdekat yang pernah diketahui.

Tiap asteroid unik. Namun, ada tujuh asteroid yang mendapat cap "teraneh" di tata surya.

Ceres
Sebagai asteroid terbesar, Ceres mendapat julukan "planet katai". Karena ukurannya pula, ia menjadi asteroid yang ditemukan pertama kali. Sebegitu besarnya Ceres, sehingga ia jadi satu-satunya asteroid yang memiliki gaya gravitasi untuk menarik diri sendiri ke dalam lingkaran suatu planet.

Baptistina
Disebut juga sebagai induk dari asteroid pemusnah dinosaurus dan merupakan salah satu anggota termuda di sabuk asteroid. Berdasarkan model komputer, Baptistina dan kawanan asteroidnya terjadi sekitar 160 juta tahun lalu. Tumbukan yang disebabkan Baptistina membuat ratusan objek langit lainnya beradu dengan Bumi. Salah satunya jatuh ke planet ini pada 65 juta tahun lalu dan memusnahkan dinosaurus.

Hektor, si Trojan terbesar
Asteroid ini memiliki dimensi sekitar 200 kilometer dan memiliki bulan sendiri. Ia merupakan bagian dari asteroid Trojan yang terikat dalam orbit planet Jupiter.

Kleopatra
Asteroid ini berbentuk seperti tulang mainan anjing dan memiliki dua bulan yang dinamai Alexhelios dan Cleoselene.

Themis
Asteroid ini diketahui sebagai satu-satunya yang memiliki es di permukaannya. Selain es, pada tahun 2009, observasi menggunakan infra-merah memastikan adanya karbon dan molekul. Karakter ini membuat Themis sebagai kandidat kuat asteroid yang bisa menyokong kehidupan.

Toutatis
Benda langit ini dinamai sesuai dengan nama dewa bangsa Celtic. Toutatis masuk dalam karakter unik karena berotasi dengan acak, bahkan terkesan terhuyung. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena Toutatis terdiri dari dua bagian dan dipengaruhi gravitasi Bumi dan Jupiter. Jalur rotasinya yang tidak pasti membuatnya sulit diprediksi.

Apophis
Ditemukan pada 2004 dan diambil dari bahasa Yunani yang berarti "Dewa jahat mesir untuk kegelapan". Sesuai namanya, asteroid ini sempat membuat kepanikan di dunia astronomi pada tahun 2004. Apophis masuk dalam peringkat empat dari sepuluh dalam skala Torino. Skala 10 jadi patokan tertinggi atas risiko benda langit yang menumbuk Bumi dan dianggap sebagai kiamat.Apophis diprediksi akan mendekati Bumi pada 13 April 2029 dengan jarak sekitar 30 ribu kilometer.

Benda Kemilau di Mars adalah Batu Istimewa

Minggu lalu dilaporkan bahwa benda kemilau kembali ditemukan di Mars. Kini, ilmuwan mengonfirmasi bahwa benda itu asli Mars dan istimewa, lain daripada yang lain.


Ronald Sletten, anggota tim misi Mars Science Laboratory dan ilmuwan University of Washington, mengatakan bahwa benda kemilau itu adalah bagian batuan yang lebih keras dan resisten dari erosi dibandingkan batuan sekitarnya.

Menurut Sletten, tonjolan di permukaan batuan yang lebih keras dan tahan erosi juga sering dijumpai di Bumi.

Batu bisa tampak kemilau karena komposisinya. "Permukaan yang kemilau menunjukkan bahwa batu ini punya butiran halus dan relatif keras. Batu yang keras dan punya butiran halus bisa 'dikilatkan' oleh angin membentuk permukaan yang sangat halus," urai Sletten.

Sleten seperti dikutip Universe Today, Selasa (12/2/2012), mengungkapkan bahwa batu itu juga tampak kemilau karena angin membersihkannya dari debu.

"Sementara bagian permukaan yang tak langsung tererosi oleh angin mungkin memiliki lapisan berwarna kemerahan atau mengalami pelapukan. Permukaan yang 'dibersihkan' oleh pasir mengungkap warna dan tekstur batuan itu," terang Sletten.

Sletten mengatakan, fenomena benda kemilau ini menarik. Lewat fenomena ini, ilmuwan bisa mempelajari bagaimana faktor alam, seperti angin dan erosi, memengaruhi batuan. 

Mengamati lebih detail pada tonjolan kemilau pada batuan Mars tersebut, Sletten mengungkapkan, "Tonjolan ini punya jenis batuan berbeda pada ujung tonjolannya. Batu ini mungkin bervariasi komposisinya atau butiran batuannya semakin halus."

Area di mana tonjolan itu terdapat disebut ventifacted. Permukaan tererosi oleh debu dan pasir sehingga lama-kelamaan terpahat.

sumber : sains.kompas.com

Kamis, 14 Februari 2013

Bagaimana jika Asteroid 2012 DA14 Hantam Bumi?

Asteroid 2012 DA14 akan melintas di dekat Bumi pada Sabtu (16/2/2013) dini hari waktu Indonesia. Wilayah Indonesia adalah wilayah terbaik untuk menyaksikan asteroid ini.


Pihak Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) memastikan bahwa asteroid sebesar Gedung Putih ini takkan menghantam Bumi. Namun, bila mau berandai-andai, apa yang akan terjadi bila asteroid ini menghantam planet kita?

Asteroid 2012 DA14 diperkirakan berdiameter 150 kaki (45 meter) dengan bobot estimasi sebesar 140.000 ton.

"Bila asteroid sebesar itu menghantam Bumi, ia bisa menghasilkan energi ledakan setara 2,4 juta ton ledakan TNT, 180 kali lebih kuat dari kekuatan ledakan bom atom yang menghancurkan Hiroshima," tulis astronom NASA, Don Yeomans, di New York Times, seperti dikutip Livescience, Selasa (12/2/2013).

Ukuran 2012 DA14 memang tidak sebesar asteroid yang menjadi penyebab kepunahan dinosaurus, Chicxulub Asteroid. Namun, ia tetap dapat menimbulkan kerusakan serius. 

Kerusakan terjadi akibat ledakan asteroid di udara yang disebabkan oleh gesekan asteroid dengan atmosfer bumi. Gesekan tersebut menyebabkan batu itu menjadi sangat panas dan akhirnya meledak. Ledakan yang hebat menciptakan embusan angin dan gas panas yang intens, yang mampu menghancurkan seluruh materi organik yang ada di daratan. 

Hal tersebut pernah terjadi di Sungai Tunguska, Siberia, pada tahun 1908. Ukuran asteroid yang diperkirakan sama dengan asteroid 2012 DA14. 

Contoh lainnya, ledakan asteroid di Kabupaten Bone, Indonesia, dengan energi ledakan setara 55 kiloton TNT pada tahun 2009. Berdasarkan laporan NASA, pada saat itu ukuran asteroidnya diperkirakan berdiameter 5-10 meter.

"Dampak yang diakibatkan oleh tumbukan asteroid tidak akan menyebabkan malapetaka yang akan menghancurkan seluruh dunia. Akan tetapi, ia mungkin bisa menjadi sebuah bencana regional," ujar Yeomans.

Bumi memang akan terus bertumbukan dengan asteroid. Namun, tumbukan sepertinya tidak akan terjadi dalam waktu dekat. 

NASA telah memetakan 90 persen lintasan dari berbagai benda asing di dekat Bumi, yang dapat menghancurkannya. Sejauh ini mereka tidak menemukan satu pun potensi tabrakan yang akan terjadi di masa yang akan datang.

sumber : sains.kompas.com

Rabu, 06 Februari 2013

Nebula "Sapi Laut" Diberi Nama "Manatee"

FLORIDA - Sebuah nebula yang secara resmi bernama W50 kini mendapat nama panggilan, Manatee. Nama panggilan tersebit diberikan karena kemiripan bentuk nebula dengan sapi laut, jenis mamalia laut yang kini terancam punah.


Nama panggilan tersebit diberikan oleh National radio Astronomy Observatory (NRAO) dalam sebuah upacara di Florida Manatee Festival, Crystal River, Florida. Untuk pemberian nama, NRAO bekerjasama dengan US Fish and Wildlife Service.

"Ketika citra W50 hasil tangkapan VLA (Very large Telescope) diterima direktur, Heidi Winter, asisten direktur eksekutif melihat kemiripan nebula itu dengan manatee," demikian dinyatakan pihak NRAO, menguraikan alasan pemberian nama Nebula Manatee, seperti dikutip Space.

Nebula "Sapi Laut" ini sejatinya adalah sisa dari bintang mati yang meledak menjadi supernova 20.000 tahun yang lalu. Sebelum mati, bintang itu melepaskan lapisan gas di luarnya, yang kini terlihat berwarna hijau dan biru.

Nebula ini terletak pada jarak 18.000 tahun cahaya dari Bumi, di konstelasi Aquilla. W50 bukanlah satu-satunya nebula yang dinamai berdasarkan obyek di Bumi. Ada nebula lain yang bernama Nebula Kepiting, Nebula Pelikan dan Nebula Elang. 

Sapi laut adalah salah satu hewan terancam punah. Fauna itu berukuran sekitar 3 meter dengan berat bisa mencapai 450 kg. bergerak dengan organ serupa sirip, sapi laut menghabiskan 8 jam dalam sehari untuk "bekerja" mencari tumbuhan laut sebagai makanan.

VY Canis Majoris ----- Bintang Maha Raksasa

VY Canis Majoris (VY CMa) adalah bintang maha maharaksasa merah yang terletak di rasi Canis Major. Dengan jari-jari 1800 sampai 2100 kali radius Matahari, (8.4-9.8 SA (satuan astronomi), 1.5315×109km, atau 0.85×109mil), VY CMa merupakan bintang terbesar dan juga merupakan salah satu bintang paling bercahaya yang pernah diketahui selama ini. Bintang ini terletak sekitar 1.5 kiloparsec (4900 tahun cahaya, 4.6×1016km, atau 2.9×1016mil) dari bumi. Tidak seperti kebanyakan bintang maha maharaksasa lainnya, yang biasanya bersistem bintang ganda, VY CMa adalah bintang tunggal. VY CMa dikategorikan sebagai bintang bervariabel semi-regular. VY CMa memiliki kepadatan rata-rata 0.000005 sampai 0.000010 kg/m3.


Ukuran
Profesor Roberta M. Humphreys dari Universitas Minnesota memperkirakan radius VY CMa adalah 1800 hingga 2100 kali radius Matahari. Untuk mengilustrasikan, jika Matahari digantikan oleh VY CMa, radiusnya bisa melampaui orbit Saturnus. Cahaya membutuhkan lebih dari 2.7 jam untuk perjalanan mengelilingi keliling VY CMa, dibandingkan dengan 14.5 detik untuk Matahari. Untuk mengisi volume VY CMa, dibutuhkan 7×1015 Bumi.
Jika Bumi diwakili oleh bola dengan diameter 1 cm, Matahari diwakili bola dengan diameter 109 cm, dengan jarak antara keduanya 117 meter. Pada skala ini, VY Canis Majoris memiliki diameter sekitar 2.3 kilometer.

SIRIUS -- Bintang Paling Terang di Langit Malam

Sirius (α CMa / α Canis Majoris / Alpha Canis Majoris) adalah bintang paling terang di langit malam, dengan magnitudo tampak −1.47. Bintang ini terletak di rasi Canis Major dan merupakan sistem bintang ganda dengan komponen primer bintang deret utama kelas A dan komponen sekunder sebuah katai putih.


Sirius dapat dilihat hampir di semua tempat di permukaan Bumi kecuali oleh orang-orang yang tinggal pada lintang di atas 73,284° utara. Saat terbaik untuk dapat melihat bintang ini adalah sekitar tanggal 1 Januari, dimana dia mencapai meridian pada tengah malam.


Pada kondisi yang sesuai, Sirius dapat dilihat dengan mata telanjang saat Matahari masih berada di atas horison. Ketika berada di atas kepala, bintang ini dapat dilihat pada kondisi cuaca sangat bersih, asalkan pengamat berada di tempat yang tinggi, dan posisi Matahari cukup rendah.
nama lain                                asal bahasa      arti  
LokibrennaSkandinaviaobor Loki
Hundastjarna Skandinaviabintang anjing
狼星 / LángxīngChinabintang serigala
天狼星 / TiānlángxīngChinabintang serigala langit
賊星 / ZéixīngChinabintang pencuri, sang meteor
SkidiAmerika aslibintang serigala
Tishiya (disebut juga TishigaTistrijaTishtrya)  Sanskertabintang pemimpin
Kak-shishaPersiaanjing yang memimpin
Du-shisha, Mul-lik-udAkkadiapemimpin, bintang anjing di matahari  
Kal-bu Sa-masAssyriaanjing matahari
TirPersiapanah
SihorMesir Kunobintang sungai Nil
HannabeahPunisiapenggonggong
TakaruaMaori
Hatun CoyllurIncabintang besar
ʻAʻāHawaiicemerlang dan membakar
SionpàšChakavianama Chakavia untuk bintang ini
SinguuriqInuitseperti lampu yang terang

Sejarah Pengamatan
Berdasarkan perubahan gerak dirinya, pada 1844 Friedrich Wilhelm Bessel menarik kesimpulan bahwa Sirius kemungkinan memiliki pasangan. Hampir dua dekade kemudian, pada 1862, Alvan Graham Clark menemukan pasangan redup tersebut yang kemudian dinamai Sirius B, yang dikenal dengan panggilan sayang “Sang Anak Anjing”. Komponen yang terlihat saat ini kadang-kadang disebut sebagai Sirius A.
Astronom-astronom di Observatorium Gunung Wilson menemukan pada 1915 bahwa Sirius B adalah sebuah katai putih. Diameter Sirius A pertama kali diukur oleh Robert Hanbury Brown dan Richard Q. Twiss pada 1959 di Jodrell Bank menggunakan interferometer intensitas mereka. Pada 2005, menggunakan Hubble Space Telescope, astronom menemukan bahwa diameter Sirius B hampir sama dengan diameter Bumi, yaitu sekitar 12.000 kilometer, dengan massa 98% Matahari.